Cina untuk pertama kalinya mengirimkan kapal induk ke Laut Cina Selatan.
Langkah itu menambah ketegangan di kawasan menyusul keputusan Beijing
memberlakukan zona pertahanan udara beberapa waktu lalu.
Melalui situsnya militer Cina melaporkan kapal induk Liaoning telah
meninggalkan pelabuhan kota Qingdao dengan ditemani dua kapal penghancur
dan dua frigates. Beijing enggan memaparkan secara detail program
latihan yang akan dilakoni awak Liaoning di Laut China Selatan. Tapi
sejumlah pakar meyakini latihan itu juga akan melibatkan manuver lepas
landas pesawat tempur.
Liaoning adalah kapal induk pertama yang dimiliki oleh militer Cina.
Usai mengalami peremajaan 2012 lalu, kapal yang dibeli bekas dari
Ukraina itu sudah terlibat dalam lusinan latihan militer. Namun baru
kali ini Beijing mengirimkan kapal tersebut untuk menjalani "penelitian
ilmiah, uji coba dan latihan militer" di Laut Cina Selatan.
"Latihan di Laut Cina Selatan adalah bagian dari perjanjian jual beli
yang meliputi serangkaian tes dan uji coba," tulis militer Cina dalam
keterangan pers-nya.
Mengancam Status Quo di LCS?
Mengancam Status Quo di LCS?
Momentum yang dipilih Beijing untuk menggelar latihan militer mengundang
kekhawatiran dari berbagai pihak. Sebelumnya Beijing juga telah
menerima nota diplomatik berisikan keberatan terhadap rencana
pembentukan zona pertahanan udara dari kedutaan besar Amerika Serikat dan Jepang.
Kapal Induk pertama Cina, Liaoning yang dibeli bekas dari Ukraina dan selesai diremajakan 2012 lalu.
Tokyo melalui jurubicara pemerintah Yoshihide Suga menyayangkan langkah
tersebut dan menyebutnya sebagai "upaya sepihak untuk mengakhiri status
quo di Laut Cina Selatan dengan kekerasan," katanya seusai rapat dewan
keamanan nasional di Tokyo. "Langkah itu juga akan memperparah situasi."
Zona Pertahanan Udara (ADIZ) yang dicanangkan pemerintah Cina mencakup kawasan udara pulau Senkaku
yang dieperebutkan kedua negara. Berbagai maskapai penerbangan komersil
Jepang menyatakan akan menaati peraturan Cina dan mengirimkan daftar
penerbangan di kawasan timur Laut Cina Selatan kepada otoritas di
Beijing.
"Kami harus membuat keputusan yang searah dengan peraturan
internasional," kata jurubicara All Nipon Airways, "keamanan adalah
prioritas kami."
Membibit Konflik Baru
Sebaliknya sejumlah negara mengritik keputusan Cina. Pemerintah Jerman
mewanti-wanti "langkah tersebut bisa memicu konflik bersenjata antara
Cina dan Jepang". Sementara Amerika Serikat mengingatkan bahwa kasus
Senkaku termasuk ke dalam perjanjian keamanan AS-Jepang, "pengumuman
pemerintah Cina adalah provokasi yang tidak perlu," kata Jurubicara
Gedung Putih Josh Earnest kepada wartawan di pesawat Air Force One.
Peta Laut Cina Selatan. Cina mengklaim hampir 80 persen kawasan perairan di utara Indonesia
Dengan menggelar latihan militer di kawasan konflik tersebut Cina juga mengambil risiko konflik dengan Vietnam, Filipina,
Malaysia, Taiwan dan Brunei - yang ikut mengklaim kedaulatannya di
sebagian wilayah Laut Cina Selatan. Beijing sendiri sejak lama
mendeklarasikan laut di utara Indonesia tersebut sebagai bagian dari
wilayahnya. Klaim Cina bahkan menyentuh wilayah laut kepulauan Natuna.
Sengketa ke-enam negara terutama seputar klaim kedaulatan di kepulauan Spratly dan Paracel.
Sejauh ini tiga negara, Cina, Vietnam dan Filipina yang aktif secara
militer di kawasan tersebut. Ketiga negara secara rutin mengirimkan
kapal patroli dan bahkan membangun pos militer serta landasan pesawat di
sejumlah pulau.
No comments:
Post a Comment