BANDUNG,- Program pesawat tempur
Indonesia-Korsel dihentikan sementara. Kendati demikian, pembuatan jet
tempur bersandi IFX/KFX itu tidak akan meleset dari jadwal yang sudah
ditetapkan yakni rampung pada 2020.
Penegasan tersebut dikatakan Dirut PT Dirgantara Indonesia (DI), Budi Santoso di Bandung, Selasa (26/11). "Jadwal tetap, karena sekalipun berhenti, orang-orang yang terlibat di dalamnya tetap berkerja menyelesaikan rangkaian proses yang sudah disusun dari pembuatan pesawat tersebut
di negaranya
masing-masing," katanya. Penegasan tersebut dikatakan Dirut PT Dirgantara Indonesia (DI), Budi Santoso di Bandung, Selasa (26/11). "Jadwal tetap, karena sekalipun berhenti, orang-orang yang terlibat di dalamnya tetap berkerja menyelesaikan rangkaian proses yang sudah disusun dari pembuatan pesawat tersebut
Sebelumnya, PT DI telah menarik tenaga
ahlinya sebanyak 50 orang dari Korsel. Program kerjasama itu dihentikan
karena adanya persoalan yang harus dihadapi Korsel.
PT DI melalui
Kemenhan masih menunggu sinyal dari Negeri Gingseng untuk kelanjutannya.
Dalam program kerjasama tersebut, Korsel memegang porsi hingga 80
persen.
Pada saat dihentikan, kedua negara masih fokus pada basic
design. Keduanya ingin menghadirkan fighter kelas menengah. Kemampuannya
di atas jet tempur legendaris, F-16 dan sedikit di bawah F-35.
"Kenapa
kelas menengah karena adanya kekosongan mengingat pesawat tempur yang
berada di dalamnya masih dari generasi lama sedangkan kebutuhannya masih
tinggi," katanya.
Kendati belum berpengalaman dalam jet tempur,
PT DI mempunyai keunggulan dalam pembuatan badan pesawat. Sedangkan
Korsel dalam persenjataan dan elektronik.
Kedua potensi itu coba
digabungkan terutama agar mempunyai jet tempur yang unggul dalam
pendeteksian musuh dan mengeksekusinya secara tepat lewat persenjataan.
No comments:
Post a Comment