Semarang: Pakar Oceanografi dari Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan Universitas Diponegoro Prof Sahala Hutabarat
meragukan kebenaran informasi penemuan kapal selam Jerman di perairan
Karimunjawa, Jepara.
"Pertimbangan saya, apa perlunya kapal jenis itu masuk wilayah perairan yang dangkal," kata Sahala di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (22/11).
"Pertimbangan saya, apa perlunya kapal jenis itu masuk wilayah perairan yang dangkal," kata Sahala di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (22/11).
Menurutnya, dari sudut pandang ilmu kelautan, tenggelamnya kapal selam itu sekaligus menunjukkan kejanggalan. Kapal berada di perairan dangkal sedalam 18 meter, dan kapal tiba-tiba kandas. Padahal kedalaman perairan Laut Jawa pada titik tertentu mencapai 50 hingga 55 meter.
Oleh karena itu, Staf Ahli Menteri Perikanan dan Kelautan Bidang Kebijakan Publik minta dilakukan kajian atau penelitian lebih lanjut terkait kebenaran atas kapal tersebut agar tidak terjadi kesimpangsiuran.
"Kebenaran kapal tersebut perlu diteliti lebih dulu, apakah kapal selam Jerman atau bukan," lanjut Salaha.
Sementara Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro (Undip) Prof Sutedjo Kuwat Widodo berpendapat berbeda. "Bisa jadi kapal itu memang milik pemerintah Jerman di era Hitler yang dikirim untuk membantu pendudukan Jepang di kawasan Asia Pasifik," katanya.
Kendati begitu, untuk mesatikan kebenaranya perlu dilakaukan penelitian secara mendalam yang memerlukan kerja keras Tim Arkeologi Nasional. "Saya belum bisa banyak komentar sebelum melihat sendiri kondisi kapal itu," ujar Sutedjo. (Haryanto)
No comments:
Post a Comment