Pengamat militer Dr Connie Rahakundini
Bakrie menilai bahwa pemerintah jangan tabu, atau terkesan
mengharamkan rencana meningkatkan anggaran pertahanan. Hal ini karena
pertahanan yang kuat yang dalam hal ini ditunjang alusista modern adalah
kebutuhan yang mendesak bagi negara kaya sumber daya, seperti
Indonesia.
"Mengapa ya kok pemerintah dan kita takut atau kesannya haram bila
bicara tentang peningkatan anggaran pertahanan. Padahal kita dituntut
untuk mampu melindungi sumber daya alam kita yang kaya, dari jarahan
negara asing. Selalu saja kita hanya memprioritaskan dana untuk
pendidikan dan perekonomian. Dan mengapa kita itu lupa pada sejarah
bahwa perang memperebutkan sumber daya alam, masih berlangsung, dan
tidak akan berakhir," kata Connie dalam orasi ilmiahnya pada acara
syukuran HUT ke-1 Presscode, Hotel Sari Pan Pacific, Kamis malam.
Menurut dia, invasi AS dan sekutunya ke Irak dengan dalih demi
menghancurkan senjata pemusnah masal Irak, yang mana hal itu tak
terbukti, adalah bukti perebutan sumber daya alam berupa minyak. Begitu
pula intervensi militer asing untuk menumbangkan Muamar Qadafi di Libya,
juga terkait perebutan sumber minyak. Indonesia adalah negara
kepulauan terbesar di dunia, maka diperlukan pangkalan TNI AU yang
merata.
Dia menggambarkan bahwa pangkalan TNI AU untuk wilayah Timur
Indonesia berada di Makasar. Dengan pesawat Sukhoi terbaru yang kita
miliki pun masih butuh waktu diatas 90 menit untuk bisa mencapai
Merauke.
"Sementara dari pangkalan RAAF (AU
Australia), dengan jet tempur mereka bisa mencapai Merauke dengan waktu
60 menit saja. Bila pesawat musuh sudah berada lebih dulu di wilayah
kita, dan bahkan malah sudah bersiaga mencegat pesawat kita, apa itu
tidak berbahaya namanya. Pembangunan pangkalan TNI AU yang baru untuk
wilayah Timur Indonesia, jelas suatu hal yang mendesak," papar dia.
Setujuuuuuuuu
ReplyDeleteAndai aku punya uang banyak ingin sekali aku menyumbangkannya untuk membeli alutsista TNI