Hacker Indonesia yang meretas situs kepolisian dan bank sentral
Australia serta kicauan penasihat PM Tony Abott yang menyebut Menlu
Indonesia mirip bintang porno, mewarnai pertengkaran kedua negara di
dunia maya.
Situs kepolisian Australia dan bank sentral menjadi korban serangan
cyber dengan seorang hacker asal Indonesia mengaku bertanggung jawab dan
menuntut Canberra meminta maaf terkait tuduhan mata-mata.
Aksi para hacker atau peretas Indonesia ini menandai memburuknya hubungan Jakarta-Canberra ke tingkat paling rendah.
Para pejabat Australia menyebut serangan atas Australian Federal Police
dan Reserve Bank of Australia sebagai sesuatu yang “tidak bertanggung
jawab”, dan mengatakan pelakunya akan dituntut.
“Serangan seperti ini… tidak akan mempengaruhi kebijakan pemerintah,” kata polisi federal Australia lewat pernyataannya.
”Aktivitas seperti meretas, membuat atau menyebarkan virus berbahaya
bukanlah sesuatu yang menyenangkan dan tak berbahaya. Itu akan
menghasilkan konsekuensi jangka panjang yang serius bagi para individu,
seperti hukuman pidana atau dipenjara.”
Aksi ini muncul dua pekan setelah sekelompok orang yang menamakan diri Anonymous Indonesia mengaku bertanggung jawab meretas lebih dari 170 situs Australia sebagai bentuk protes atas kegiatan mata-mata yang dilakukan Canberra.
Seorang anggota Anonymous Indonesia, yang menggunakan hashtag
”IndonesianCyberArmy”, mengaku bertanggung jawab atas serangan terakhir.
Hacker tersebut yang dihubungi Australian Broadcasting Corporation
mengatakan bahwa kepolisian federal dan bank sentral menjadi target
”karena kami pikir (mereka) adalah situs-situs paling penting di
Australia”.
“Kami akan menyerang lagi (kecuali) Australia meminta maaf kepada rakyat Indonesia.
Janji PM Abott
Hubungan Jakarta-Canberra memburuk pekan ini, setelah munculnya dokumen
yang dibocorkan bekas mata-mata Edward Snowden yang kini menjadi buronan
pemerintah Amerika. Dalam dokumen
yang dikutip media Australia itu terungkap bahwa pemerintah Australia
pernah mencoba menyimak aktivitas telepon presiden Yudhoyono, istri dan
para menteri pada 2009.
Sementara PM Tony Abott mengatakan kepada parlemen bahwa ia telah
menerima sebuah surat, hari Kamis dari Presiden Yudhoyono yang menuntut
penjelasan tentang penyadapan Australia atas aktivitas telepon milik
Yudhoyono, istri dan sejumlah menteri pada 2009.
Kepada parlemen, Abott mengatakan: ”Saya ingin meyakinkan kepada
parlemen bahwa pemerintah akan menjawab secara cepat, penuh dan sopan
atas surat presiden (Yudhoyono).”
Ejek Menlu Indonesia
Hubungan kedua negara juga bisa menjadi semakin runyam setelah anggota
parlemen yang juga penasihat kampanye Tony Abott yakni Mark Textor
membuat komentar menghina di akun Twitter: ”Australia dituntut minta
maaf oleh seseorang yang wajahnya mirip bintang porno Filipina tahun
1970an”. Kicauan ini mengacu kepada Menteri Luar Negeri Indonesia Marty
Natalegawa yang sebelumnya menuntut permintaan maaf dari Australia.
Setelah mendapat respon keras yang mengeritik kicauannya di Twitter,
Textor kemudian menghapus tweet bernada menghina itu dan meminta maaf:
”Saya minta maaf kepada teman-teman di Indonesia. Saya frustasi karena
sedang berada di bawah tekanan media. Twitter memang bukan tempat untuk
berdiplomasi,“ kata dia.
Juru bicara Partai Buruh Australia Tanya Plibersek mengaku terkejut:
”Terus terang saya cukup shock. Itu betul-betul komentar yang tidak
pantas…“
Bekas Perdana Menteri Australia Malcolm Fraser menuntut bahwa Textor
harus segera dipecat, sementara pemimpin Partai Hijau menyebut
pernyataan itu ”mengerikan”.
Hari Rabu, Presiden Yudhoyono telah menyatakan penghentian kerjasama
dengan Australia atas isu sensitif terkait penyelundupan manusia.
Langkah itu adalah balasan atas tuduhan penyadapan yang dilakukan
Canberra.
Yudhoyono mengumumkan bahwa kerjasama dalam sejumlah bidang lain juga
untuk sementara ditangguhkan, termasuk latihan militer bersama dan
pertukaran intelijen. Sebelumnya, Indonesia juga sudah memanggil pulang duta besarnya di Canberra.
ab/hp (afp,ap,rtr)
http://www.dw.de/
No comments:
Post a Comment