Polandia, salah
satu negara bekas Pakta Warsawa yang bergabung ke Pakta Pertahanan
Atlantik Utara (NATO), menawarkan modernisasi piranti dan sistem
kesenjataan militer Indonesia.
"Hubungan baik kedua negara telah lama tercipta, termasuk pada bidang
pertahanan. Banyak negara tengah berbenah memodernisasi militernya,
termasuk Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara. Kami hadir
menawarkan produk-produk unggulan," kata Kepala Divisi Promosi dan
Investasi Kedutaan Besar Polandia di Jakarta, Romuald Morawski, di
Pontianak, Jumat.
Polandia pula yang pertama kali memasang sistem
radar militer di Tanah Air pada 1958 sebelum digantikan sistem dari
pabrikan Plesey dari Inggris dan Thompson dari Prancis.
Romuald
Morawski mewakili pemerintahnya hadir dalam Pontianak Airshow 2014, di
Pangkalan Udara TNI AU Supadio, Pontianak. Pameran udara di pangkalan
udara itu merupakan yang pertama kali digelar sejak pangkalan udara TNI
AU itu didirikan pada dasawarsa 1960-an.
Kalimantan dengan lima
provinsinya kini menjadi salah satu arena investasi menarik bagi
beberapa negara Eropa Barat dan Eropa Utara, diantaranya Rusia dan
Swedia.
Menurut Morawski, beberapa produk militer Polandia masih
dipakai TNI, diantaranya sistem peluncur roket peluru kendali jarak
dekat pertahanan udara Gromm.
Pada sisi penerbangan sipil-militer, produk pesawat ringan Polandia, PZL Wilga, sangat akrab dikenal di Indonesia, yang dinamakan Gelatik.
Gelatik
itulah yang semula diproyeksikan menjadi tumpuan kemandirian bangsa
tentang pesawat terbang ringan jarak dekat multifungsi yang minim
perawatan. Sejak Orde Baru berkuasa wacana tentang Gelatik
dihentikan, sejalan perubahan nama dan status pabrikan pesawat terbang
nasional, Nurtanio kemudian menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara
(IPTN), di Bandung, Jawa Barat.
Mirip dengan Rusia, Polandia
memiliki badan khusus tentang industri dan jaringan pemasaran produk
militer dan pertahanan, salah satunya adalah PHZ Bumar yang
berkolaborasi dengan Badan Pengembangan Industri Polandia (ARP/Agencja Rozwoju Przemysku).
Di
dalam kedua badan itu dikembangkan beberapa jenis industri produk
militer-pertahanan, diantaranya bidang roket dan amunisi (di antaranya
ZM Mesko SA, ZM Dezamet SA, TM Pressta SA, Przemyslowe Centrum Optyki
SA, CNPEP Radwar SA, ZM Tarnow SA, dan ZM PZL-Wola SA).
Juga pada
bidang pesawat terbang dan perang elektronika, yaitu yang ditangani
Polskie Zaklady Lotnicze Mielec, WSK PZL-Swidnik SA, ZR Radmor SA, dan
PZL Hydral SA.
Polandia juga memiliki tiga galangan kapal besar,
13 fasilitas perbaikan militer, dan delapan institusi
penelitian-pengembangan yang bereputasi internasional.
Sesuai
postur organisasi dan kekuatan TNI pada 2015 yang ditetapkan pemerintah,
pada 2015 nanti TNI akan mendatangkan ratusan wahana pertahanan bagi
ketiga matranya. Bagi TNI AU, dan dapat dikatakan 2014 adalah "tahun
modernisasi" gelombang ketiga setelah hal serupa terjadi pada dasawarsa
1960-an dan 1980-an.
Dasawarsa 1980-an menjadi lompatan besar bagi TNI AU ditandai kehadiran satu skuadron F-16 Figthing Falcon
sebanyak 12 unit F-16A/B blok 15 OCU. Kehadiran elang penempur buatan
General Dinamics ini menjadikan TNI AU matra udara militer paling kuat
di Asia Tenggara saat itu.
http://www.antaranews.com
No comments:
Post a Comment