Angkatan Laut [AL] India menjadi tuan rumah bagi 16 negara, termasuk tujuh dari 10 anggota Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara [ASEAN], dalam salah satu latihan militer multilateral terbesar di kawasan itu.
India menjadi tuan rumah untuk Latihan AL “Milan 2104” di Port Blair di Kepulauan Andaman dan Nikobar – hanya 150 mil laut [277,8 kilometer] sebelah barat Selat Malaka yang menghubungkanSamudra Hindia dengan Laut China Selatan – dari tanggal 4 hingga 9 Februari.
Latihan AL keenam ini berfokus pada pengerahan cepat AL untuk memenuhi panggilan upaya bantuan kemanusiaan dan pertolongan bencana [HADR]. India, di bawah naungan Simposium AL Samudra Hindia [Indian Ocean Naval Symposium atau IONS], sedang membuat sebuah prosedur operasi standar untuk operasi HADR.
Anggota ASEAN, Filipina dan Kamboja, ikut serta untuk pertama kalinya. Malaysia, Indonesia, Myanmar, Singapura, dan Thailand, melengkapi kelompok ASEAN. Filipina, Malaysia, dan rekan anggota ASEAN, Vietnam, sedang terlibat sengketa wilayah tumpang tindih dengan China di Laut China Selatan.
Negara-negara Asia-Pasifik Sri Lanka, Australia, Selandia Baru, dan Bangladesh juga ikut serta dalam latihan tersebut. Mereka bergabung dengan negara-negara Kawasan Samudra Hindia Barat, Kenya dan Tanzania, beserta negara-negara kepulauan Mauritius, Maladewa, dan Seychelles – dimana terdapat persaingan kepentingan antara India dengan China.
ASEAN penting untuk perdagangan bebas melalui Laut China Selatan. India memperkirakan perdagangan dengan para anggota ASEAN berjumlah USD 100 miliar total hingga tahun 2015.
Pada bulan Desember 2012, India dan ASEAN memfinalisasi perjanjian perdagangan bebas [FTA] dalam hal layanan dan investasi. Sebuah laporan Kementerian Pertahanan India bulan Maret 2013 dengan jelas mengutarakan kepentingannya di Asia-Pasifik: “India memiliki kepentingan politik, ekonomi, dan niaga di kawasan serta memastikan kelanjutan perdamaian dan stabilitas di Asia-Pasifik.” Negara-negara ASEAN telah menjadi tempat tujuan yang dipilih bagi perusahaan-perusahaan India dalam sumber daya energi, material, permesinan, elektronika, dan teknologi informasi.
Kelanjutan perdagangan bebas dan pelayaran melalui Laut China Selatan di bawah mandat, aturan, dan konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa merupakan perhatian bagi Jepang, India, Amerika Serikat, dan ASEAN. Semua terpaut ke laut itu secara ekonomi dan strategi untuk rute-rute pelayaran dan dasar lautnya yang kaya hidrokarbon.
Berbagi pelajaran menangani bencana alam
Para peserta berfokus pada upaya HADR. Bangladesh, Indonesia, Myanmar, dan Filipina berbagi pelajaran dari pengalaman mereka menangani bencana, seperti angin puyuh, gempa bumi, dan tsunami.
Pimpinan AL India Laksamana Devendra Kumar Joshi berkata kepada para peserta bahwa “pengerahan, koordinasi, logistik, dan bantuan medis yang cepat adalah pertimbangan pokok untuk membangun prosedur umum untuk operasi HADR.” Dia menyatakan penghargaannya atas upaya yang terpadu guna meningkatkan kerja sama dan pelatihan HADR di kawasan, seperti latihan [Rapat Menteri Pertahanan ASEAN] ADMM-Plus-HADR yang diselenggarakan oleh Brunei pada bulan Juni 2013 dan Latihan Komodo yang diselenggarakan oleh Indonesia pada bulan Maret 2014.
Fokus pada HADR adalah penting karena kawasan Asia-Pasifik tercatat mencakup 70 persen dari keseluruhan gempa bumi dunia berskala Richter 7 atau lebih, dengan rata-rata peristiwa sebanyak 15 kali dalam setahun. Para peserta juga berfokus pada interoperabilitas komunikasi dan pengelolaan informasi yang genting bagi keberhasilan atau kegagalan operasi pertolongan.
Keturutsertaan ASEAN terjadi setelah pertemuan Myanmar
Negara-negara ASEAN berkumpul di India untuk menghadiri pelatihan dua pekan setelah para menteri luar negeri perhimpunan tersebut mengutarakan kekuatiran mereka mengenai hukum maritim baru China yang meregulasi pelayaran di Laut China Selatan.
Para menteri ASEAN menyatakan semua pihak harus menerima Deklarasi Perilaku para pihak di Laut China Selatan. Selain itu, Kode Perilaku di Laut China Selatan ditunda.
Provinsi Hainan di China, yang mencakup Pulau Hainan dan daerah langsung di sekitarnya, mengatakan “Semua orang asing dan perahu nelayan asing yang memasuki perairan yang dikelola oleh Provinsi Hainan untuk kegiatan tangkap ikan atau survei perikanan harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari kantor Dewan Negara Republik Rakyat China yang bersangkutan.”
Peran India di Samudra Hindia
Pihak berwenang India menyatakan peran mereka sebagai kekuatan maritim utama di Samudra Hindia. Dengan 150 kapal perang dan pesawat yang dimilikinya, New Delhi sering mengambil peran kepemimpinan.
Laporan Ulasan Pertahanan Empat Tahunan yang dikeluarkan oleh Menteri Pertahanan AS saat itu, Robert Gates, pada bulan Februari 2010 mendukung asumsi India soal pentingnya Samudra Hindia.
“India telah memapankan pengaruh militernya di seluruh dunia melalui upaya-upaya antiperompakan, penjagaan perdamaian, bantuan kemanusiaan, dan pertolongan bencana. Dengan berkembangnya kemampuan militernya, India akan memberi kontribusi pada Asia sebagai penyedia kelambu keamanan di Samudra Hindia dan di luar itu,” menurut laporan tersebut.
No comments:
Post a Comment