Lapan bekerja sama dengan Universitas Berlin, Jerman, berhasil
mengembangkan pesawat pengamat yakni Lapan Surveillance Aircraft
(PK-LSA01). Pesawat ini menjadi bagian pemanfaatan untuk kepentingan
memotret wilayah di Indonesia. Kepala Lapan, Bambang S. Tejasukmana
meresmikan Pesawat LSA di Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan
(BBKFP) Ditjen Perhubungan Udara, Curug, Tangerang, Banten, 28/1/2014.
Program pesawat LSA ini merupakan bagian dari program utama Pusat
Teknologi Penerbangan (Pustekbang) Lapan. Selain LSA, Pustekbang juga
memiliki program pengembangan pesawat tanpa awak (Lapan Surveillance UAV
– LSU) dan program pengembangan pesawat transport nasional (N-219).
Pesawat LSA memiliki beberapa misi yakni akurasi citra satelit,
verifikasi dan validasi citra satelit, monitoring produksi pertanian,
aerial photogrammetry, pemantauan, pemetaan banjir, deteksi kebakaran,
search and rescue (SAR), pemantauan perbatasan dan kehutanan, serta
pemetaan tata kota.
Misi pesawat LSA ini dapat memperkuat sistem pemantauan nasional.
Indonesia yang berpulau ini sangat memerlukan sistem pemantauan wilayah.
Selain menggunakan teknologi satelit, diperlukan pula sistem pemantauan
yang lebih impresif dengan menggunakan pesawat terbang. LSA tersebut
sekaligus memperkuat penguasaan teknologi terbaru pesawat terbang.
Pesawat LSA ini juga mampu mengakurasikan data dari foto citra
satelit dengan resolusi tinggi yang telah digabung dengan
satelit-satelit lain, dan mampu konfirmasi ulang langsung di lapangan
secara acak. Dengan kemampuan terbang non-stop selama 6-8 jam, jangkauan
tempuh 1.300 kilometer, dan dapat membawa muatan hingga 160 kg, LSA ini
berpotensi untuk melakukan patroli sistem kelautan di Indonesia.
Dalam peresmian LSA, Kepala Lapan menargetkan selama lima tahun ke
depan, pesawat ini dapat memiliki fungsi autonomous. Menurut ia,
keuntungan sistem autonomous selain dapat bermanuver secara otomatis,
kualitas dalam menjalankan misi surveillance dapat lebih presisi,
efisien, dan efektif. “Dalam skema prosesnya, awalnya pesawat ini masih
dikendalikan oleh pilot untuk lepas landas dan mendarat. Dan setelah
mengudara, sistem autonomous ini akan aktif sehingga tidak memerlukan
kendali dari pilot. Namun, jika ada hal yang tingkat urgensitasnya
tinggi, pilot dapat mengintervensi,” ujarnya.
Saat ini pesawat telah siap dan sudah melakukan tes penerbangan
perdana (flight test), ia berharap pesawat ini dapat dimanfaatkan secara
maksimal untuk kebutuhan surveillance di Indonesia. (Lapan.go.id)
No comments:
Post a Comment