Asosiasi negara-negara kawasan Asia
Tenggara (ASEAN) sudah seharusnya mampu mengambil peran penting di
tengah situasi Asia Pasifik. Peran tersebut, terutama untuk meredam
ketegangan antara Cina dan Jepang terkait masalah Laut Cina Selatan.
Terlebih lagi setelah tensi yang semakin memanas paska-pengumuman pihak
Cina atas zona identifikasi angkatan udaranya.
Demikian yang mengemuka dari seri diksusi ASEAN dalam diplomasi preventif, di Habibie Center, Jakarta, Selasa (28/01). Diskusi tersebut berlangsung cukup hangat dengan dihadiri delegasi nasional dari negara-negara ASEAN dan beberapa duta besar sahabat seperti Jerman dan Polandia.
Demikian yang mengemuka dari seri diksusi ASEAN dalam diplomasi preventif, di Habibie Center, Jakarta, Selasa (28/01). Diskusi tersebut berlangsung cukup hangat dengan dihadiri delegasi nasional dari negara-negara ASEAN dan beberapa duta besar sahabat seperti Jerman dan Polandia.
Lebih lanjut dalam perbincangan, mantan Direktur Eksekutif ASEAN Foundation, Makarim Wibison mengatakan bahwa konsep Politik Komuinitas Keamanan ASEAN perlu ada penguatan.
Menurutnya, konsep tersebut masih memiliki kelemahan karena membuka potensi negara anggota hanya mementingkan kepentingan nasional dibanding solidaritas komunal. Lebih dari itu, untuk meningkatkan peran negara-negara anggota di tengah kawasan Asia, konsep itu pun sebaiknya diperluas merambah hingga Asia Timur.
“Untuk membantu meningkatkan stabilitas keamanan di kawasan Asia Pasifik mungkin yang kita butuhkan bukan hanya ASEAN Security Community saja. Perlu kita pikirkan pula untuk membuatnya meluas secara umum menjadi East Asian Securtity Community,” tutur pria yang juga pernah menjabat sebagai Presiden UNECOSOC.
Menurutnya, perluasan itu cukup strategis mengingat kestabilan Asia Pasifik juga membutuhkan partisipasi pihak lain. Ia menyebut, salah satu pihak yang tak bisa diabaikan adalah Taiwan. Makarim yakin, Taiwan dapat menjalankan peran penting terkait konflik sengketa teritorial maritim di negara-negara Asia Pasifik.
“Selat Taiwan dapat menjadi titik yang strategis untuk menyelesaikan masalah teritorial di beberapa negara, termasuk India dan Pakistan, Korea Utara dengan Korea Selatan, juga Cina dan Asia Tenggara,” tambahnya.
Jurnalis Reuters asal Taiwan, Zhou Yongjie, mengkritisi peran strategis yang bisa dimainkan oleh Taiwan. Ia mengatakan, tahun ini Beijing lah yang akan menjadi tuan rumah KTT Konferensi Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC). Menurutnya, di Beijing lah berbagai masalah keamanan nantinya bisa didiskusikan.
“Memang, Taiwan bagian dari anggota APEC. Mungkin dalam pertemuan di Beijing nanti Taiwan bisa berkontribusi dalam membahas keamanan,” ujarnya.
Analis pertahanan militer Indonesian Defense and Security Research Center, Connie Bakrie menegaskan jika menginginkan perdamaian dan kemakmuran di Asia Pasifik, maka Taiwan tak bisa dipandang sebelah mata. Menurutnya, Taiwan bisa mengambil kesempatan dalam forum APEC untuk memainkan perannya terhadap perdamaian di Asia Pasifik. Selain itu, ia juga memandang Taiwan perlu menguatkan jaringan dari forum internasional lainnya, termasuk ASEAN.
“Taiwan adalah entitas yang demokratis. Mereka juga memiliki perkembangan kekuatan ekonomi yang baik. Saya yakin, Taiwan dapat memainkan peran yang sangat penting di kawasan Asia Pasifik,” kata dosen di Universitas Indonesia ini.
Sekretaris Kantor Dagang dan Ekonomi Taipei di Indonesia, Xu Weilin, memastikan Taiwan telah membuktikan perannya dalam mewujudkan perdamaian di Laut Cina Selatan. Ia menyebut, Inisiatif Perdamaian di Timur telah menjadi contoh negosiasi efektif yang diprakarsai Taiwan. Ia menjelaskan, negosiasi mengenai perjanjian perikanan itu telah mengesampingkan perselisihan antara Jepang dan Taiwan.
“Kenapa kita memulainya dengan perikanan? Karena, kalau kita bicara soal tritori maritim itu terlampau sensitif. Sementara itu, bicara perikanan sudah pasti bicara mengenai maritim. Yang kita cari selalu perdamaian,” katanya.
Perwakilan Jepang Untuk ASEAN, Kyoko Ito, mengamini bahwa untuk kawasan Asia Pasifik perdamaian harus diutamakan. Ia mengakui, segala bentuk perselisihan patut dihindari. Dirinya mengingatkan, ketegangan keamanan di kawasan Laut Cina Selatan telah membuat pembengkakan anggaran militer setiap tahunnya.
“Meskipun anggaran militer telah transparan, tetap saja kita harus menguatkan stabilitas keamanan di kawasan ini,” pungkasnya.
http://www.hukumonline.com
No comments:
Post a Comment