BEIJING - China akan menempatkan sebuah kapal patroli sipil berbobot
5.000 ton di salah satu dari pulau-pulau utama dalam sengketa Laut Cina
Selatan (LCS) guna memulai patroli rutin di wilayah tersebut, kata surat
kabar nasional China pada Selasa.
Tindakan China tersebut
kemungkinan besar akan membuat sengketa teritorial antar negara tetangga
terkait Laut China Selatan menjadi "semakin panas".
Harian "China
Ocean" yang diterbitkan oleh Badan Administrasi Kelautan China
mengatakan kapal tersebut akan ditempatkan di Pulau Woody, atau yang
disebut pihak China sebagai kota Sansha, yang terletak di Kepulauan
Paracel.
Berdasarkan laporan harian itu, China akan secara
bertahap membangun sistem patroli reguler di kota Sansha untuk
bersama-sama melindungi kepentingan maritim negara itu.
"Pemerintah
China akan terus membangun infrastruktur di pulau Woody serta 'sebuah
platform bersama untuk berbagi data keamanan maritim'," demikian
dilaporkan Harian "China Ocean".
Pihak China tampaknya semakin
marah dengan tetangga-tetangganya dalam sengketa Laut Cina Selatan
tersebut karena adanya klaim terhadap pulau-pulau yang diperebutkan,
khususnya yang memiliki potensi minyak mentah dan kaya gas alam.
China sendiri mengklaim hampir seluruh bagian dari Laut China Selatan, yang wilayahnya dilalui oleh jalur pelayaran penting.
China
membuat kesal pihak Filipina dan Amerika Serikat ketika negara itu
memberlakukan peraturan yang mewajibkan perahu nelayan meminta izin
untuk memasuki wilayah perairan di bawah yurisdiksi Provinsi Hainan di
China selatan, dimana area tersebut meliputi sebagian besar Laut Cina
Selatan.
Patroli oleh pihak China di Laut Cina Selatan umumnya
dilakukan oleh kapal-kapal patroli sipil, meskipun angkatan laut China
secara rutin melakukan latihan militer di sana.
Surat kabar China
itu tidak mengatakan kapan pastinya patroli rutin di Laut China Selatan
itu akan dimulai, namun menyatakan bahwa salah satu fokus dari patroli
tersebut adalah operasi pencarian dan penyelamatan serta "respon cepat,
tertib dan efektif untuk keadaan darurat di laut".
China secara
resmi telah menyetujui pembentukan sebuah garnisun militer di Kota
Sansha dua tahun lalu. Pemda Sansha mengelola pulau- pulau tak
berpenghuni di Laut Cina Selatan yang diklaim China.
China
mengontrol penuh Kepulauan Paracel, yang terdiri dari 40 pulau,
singkapan, dan perairan berterumbu, di mana pada 1974 terjadi pertikaian
antara angkatan laut China dengan Vietnam Selatan di wilayah itu.
Sejak saat itu sering terjadi insiden di wilayah Kepulauan Paracel, yang juga diklaim oleh Taiwan.
Pihak Vietnam menuduh China telah mengganggu dan bahkan menembaki kapal nelayan di dekat Kepulauan Paracel.
Selain
China, Vietnam, Taiwan, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Filipina juga
mengklaim bagian-bagian lain dari Laut Cina Selatan, termasuk Kepulauan
Spratly.
Disamping itu, China sendiri masih memiliki sengketa lainnya dengan Jepang, yakni sengketa di Laut Cina Timur.
http://www.waspada.co.id
(dat03/antara)
No comments:
Post a Comment