Tegang Dengan Cina, Jepang Luncurkan Unit Militer di Laut Cina Timur

Tokyo - Jepang berencana untuk membentuk unit militer amfibi baru dan menyebarkan drone surveilans bersenjata di pulau yang disengketakan di Laut China Timur.

Partai Demokratik Liberal Jepang (LDP) anggota parlemen membuat keputusan pertahanan terbaru selama pertemuan pada hari Selasa (10/12) kemarin.

Mengekspresikan kekhawatiran tentang apa yang mereka sebut upaya Beijing untuk mengubah status quo dengan kekuatan, pedoman mengatakan Jepang akan merespon dengan tenang dan tegas dengan ekspansi yang cepat dan peningkatan langkah dari kegiatan maritim dan udara China.

Versi terakhir dari pedoman pertahanan, yang menjabarkan kebijakan pertahanan Jepang selama 10 tahun ke depan dan membangun rencana peningkatan, yang disebut program pertahanan jangka menengah dan mencakup periode lima tahun, yang akan diresmikan Selasa depan.

Menurut draft pertahanan terbaru, Jepang telah membentuk sebuah unit amfibi yang dirancang untuk mengambil kembali pulau-pulau terpencil dalam kasus invasi dan meningkatkan jumlah skuadron jet tempur di pangkalan Naha di pulau selatan Jepang Okinawa ke dua dari satu untuk mempertahankan superioritas udara.

Terakhir, Perdana Menteri Shinzo Abe Desember berjanji untuk memperkuat militer dan meningkatkan peran keamanan global Jepang dan memerintahkan untuk meninjau kebijakan pertahanan.

Rencana pertahanan muncul hampir dua minggu setelah Cina memperingatkan Jepang atas campur tangan dalam latihan angkatan lautnya, dan memperingatkan bahwa tindakan usil akan menerima respon dari pihak Cina.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Cina Yang Yujun mengatakan pada 31 Oktober bahwa sebuah kapal angkatan laut Jepang memasuki zona latihan pada tanggal 25 Oktober dan tinggal selama tiga hari.

Dikatakan kapal dan pesawat Jepang tinggal di dekat lokasi untuk sehari melakukan pelacakan dan pengawasan intensitas tinggi.

"Tidak hanya tindakan tersebut merupakan campur tangan dalam kegiatan pelatihan normal kita, mereka juga mengancam keselamatan kapal dan pesawat kami dan dapat menyebabkan kecelakaan atau kesalahan perhitungan," tambahnya.

Pejabat Kementerian Pertahanan meminta Jepang untuk mengakhiri provokasi atau menanggung tanggung jawab atas konsekuensinya, dan menekankan bahwa Cina memiliki hak untuk mengambil tindakan lebih lanjut.

Cina dan Jepang telah terlibat dalam sebuah pertengkaran pahit atas kelompok pulau-pulau tak berpenghuni di Laut Cina Timur.

Selama setahun pulau sengketa telah menegangkan hubungan diplomatik antara dua negara saingan. Sementara kapal penjaga pantai secara teratur berhadapan satu sama lain di perairan sekitar pulau-pulau.

Sengketa ini meningkat pada bulan September 2012 ketika pemerintah Jepang menasionalisasi mereka terhadap keberatan Cina.

Pulau-pulau tersebut, yang dikenal sebagai pulau Diaoyu di Cina dan Senkakus di Jepang, diyakini memiliki deposito besar gas alam.

http://www.wartanews.com