Di lepas pantai Siprus, dua kapal kargo dan dua kapal perang Denmark dan
Norwegia mengemban tugas berat. Mereka dijadwalkan menjemput senjata
kimia Suriah untuk diangkut ke sebuah pelabuhan di Italia dan kemudian
ditransfer ke kapal Amerika Serikat Cape Ray untuk dihancurkan di tengah
laut.
Militer Suriah saat ini tengah mengumpulkan sekitar 1.300 ton senjata kimia dari 12 lokasi penyimpanan di berbagai penjuru negeri dan mengirimnya ke pelabuhan Latakia melalui jalanan Suriah yang tengah menjadi medan perang.
"Misi ini tidak ada bandingannya. Belum pernah ada misi semacam ini. Melucuti senjata kimia sebuah negara di tengah konflik bersenjata," tutur jurubicara Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), Michael Luhan, kepada DW.
Beberapa negara telah setuju untuk membantu kesuksesan misi ini. Rusia akan mengirimkan kapal perang. Kremlin telah menyediakan 50 truk dan 15 kendaraan lapis baja untuk membantu pengangkutan senjata kimia. Tentara Suriah akan memuat kiriman armada Rusia dengan senjata kimia dan membawanya ke Latakia.
Selain Cape Ray, Amerika Serikat menyediakan beberapa ribu kontainer yang dilengkapi alat pelacak untuk memonitor rute senjata kimia setiap saat. Cina menawarkan kamera pengawas dan 10 ambulans untuk membantu misi OPCW dan mengatakan juga akan mengirim sebuah kapal perang.
Tim tanggap darurat senjata kimia Finlandia siap maju apabila kapal kehilangan muatan atau terjadi bencana alam. Inggris setuju menghancurkan 150 ton bahan kimia kelas industri dari stok Suriah di sebuah fasilitas komersial.
Puluhan negara turut menyumbang dana untuk menutup biaya program pelucutan. Uni Eropa memberi 12 juta Euro. Sementara Jerman menambah 3 juta Euro lagi di atas dana Uni Eropa. "Benar-benar upaya multilateral yang luar biasa," ujar Luhan.
Jadwal yang padat
Para penilik dari OPCW bertanggung jawab dalam menyegel kontainer yang berisi senjata kimia Suriah yang mematikan. Mereka akan memeriksa kembali setiap kontainer begitu mereka tiba di Latakia.
Tanggal 31 Desember 2013 nanti, 500 ton senjata kimia sudah akan dikirimkan ke Italia. Tanggal 5 Februari, OPCW berencana mengirimkan lagi sekitar 800 ton senjata kimia. Materi ini akan dihancurkan di atas kapal Cape Ray pada akhir Maret mendatang.
Jadwal yang padat namun dapat terpenuhi, menurut pakar kimia asal Belgia, Jean Pascal Zanders. "Proses netralisasi di atas kapal Amerika memakan waktu 45-60 hari," jelasnya, yang memberi sedikit kelonggaran untuk mencapai tenggat waktu, tambahnya.
"Proses penghancuran harus berlangsung di atas perairan yang tenang," ungkap Zanders. Kalau ombaknya lebih tinggi dari 15 cm, operasi harus ditunda.
Mengangkut senjata kimia
Klaus Mommsen, bekas perwira angkatan laut dan editor majalah maritim Jerman "Marineforum" mengatakan, bagian paling berbahaya dari operasi ini bukan menghancurkan senjata kimia, namun mentransportasikannya.
"Bagian paling kritis adalah memuat dan membongkar senjata kimia dan mengamankannya di Suriah," paparnya kepada DW. Ia yakin kapal perang barat tidak akan diarahkan masuk ke wilayah perairan Suriah. "Ini akan menjadi tugas Rusia."
Ini akan menjadi operasi militer gabungan pertama antara Amerika Serikat, Denmark, Norwegia, Rusia dan Cina di Laut Tengah. Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, misi ini akan membuat dunia sedikit lebih aman.
http://www.dw.de/
Militer Suriah saat ini tengah mengumpulkan sekitar 1.300 ton senjata kimia dari 12 lokasi penyimpanan di berbagai penjuru negeri dan mengirimnya ke pelabuhan Latakia melalui jalanan Suriah yang tengah menjadi medan perang.
"Misi ini tidak ada bandingannya. Belum pernah ada misi semacam ini. Melucuti senjata kimia sebuah negara di tengah konflik bersenjata," tutur jurubicara Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), Michael Luhan, kepada DW.
Senjata kimia akan dihancurkan di tengah laut
Kerjasama paduBeberapa negara telah setuju untuk membantu kesuksesan misi ini. Rusia akan mengirimkan kapal perang. Kremlin telah menyediakan 50 truk dan 15 kendaraan lapis baja untuk membantu pengangkutan senjata kimia. Tentara Suriah akan memuat kiriman armada Rusia dengan senjata kimia dan membawanya ke Latakia.
Selain Cape Ray, Amerika Serikat menyediakan beberapa ribu kontainer yang dilengkapi alat pelacak untuk memonitor rute senjata kimia setiap saat. Cina menawarkan kamera pengawas dan 10 ambulans untuk membantu misi OPCW dan mengatakan juga akan mengirim sebuah kapal perang.
Tim tanggap darurat senjata kimia Finlandia siap maju apabila kapal kehilangan muatan atau terjadi bencana alam. Inggris setuju menghancurkan 150 ton bahan kimia kelas industri dari stok Suriah di sebuah fasilitas komersial.
Puluhan negara turut menyumbang dana untuk menutup biaya program pelucutan. Uni Eropa memberi 12 juta Euro. Sementara Jerman menambah 3 juta Euro lagi di atas dana Uni Eropa. "Benar-benar upaya multilateral yang luar biasa," ujar Luhan.
Jadwal yang padat
Para penilik dari OPCW bertanggung jawab dalam menyegel kontainer yang berisi senjata kimia Suriah yang mematikan. Mereka akan memeriksa kembali setiap kontainer begitu mereka tiba di Latakia.
Tanggal 31 Desember 2013 nanti, 500 ton senjata kimia sudah akan dikirimkan ke Italia. Tanggal 5 Februari, OPCW berencana mengirimkan lagi sekitar 800 ton senjata kimia. Materi ini akan dihancurkan di atas kapal Cape Ray pada akhir Maret mendatang.
Jadwal yang padat namun dapat terpenuhi, menurut pakar kimia asal Belgia, Jean Pascal Zanders. "Proses netralisasi di atas kapal Amerika memakan waktu 45-60 hari," jelasnya, yang memberi sedikit kelonggaran untuk mencapai tenggat waktu, tambahnya.
"Proses penghancuran harus berlangsung di atas perairan yang tenang," ungkap Zanders. Kalau ombaknya lebih tinggi dari 15 cm, operasi harus ditunda.
Mengangkut senjata kimia
Klaus Mommsen, bekas perwira angkatan laut dan editor majalah maritim Jerman "Marineforum" mengatakan, bagian paling berbahaya dari operasi ini bukan menghancurkan senjata kimia, namun mentransportasikannya.
"Bagian paling kritis adalah memuat dan membongkar senjata kimia dan mengamankannya di Suriah," paparnya kepada DW. Ia yakin kapal perang barat tidak akan diarahkan masuk ke wilayah perairan Suriah. "Ini akan menjadi tugas Rusia."
Ini akan menjadi operasi militer gabungan pertama antara Amerika Serikat, Denmark, Norwegia, Rusia dan Cina di Laut Tengah. Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, misi ini akan membuat dunia sedikit lebih aman.
http://www.dw.de/
No comments:
Post a Comment