Tahun 2014, Konflik Timur Tengah Mendominasi

Posted by Alutsista Baru Indonesia
Tahun 2013 merupakan tahun terberat dalam perspektif hubungan internasional. Betapa tidak, hampir sepanjang tahun 2013 berbagai belahan dunia dipenuhi oleh peperangan dan bencana alam.
Tulisan ini menyajikan beberapa evaluasi masalah internasional serta sedikit proyeksi tentang beragam hal yang harus dituntaskan pada medio tahun ini. Untuk menyajikan tulisan itu, pembagian wilayah akan dilakukan mulai dari Timur Tengah, Amerika Serikat, Asia, dan Australia.
Mengawali tahun lalu, konflik yang terjadi di wilayah Timur Tengah seakan-akan memberikan sinyal bahwa perseteruan politik dan perang saudara di kawasan tersebut tidak akan pernah surut.
Perang saudara yang terjadi di Suriah makin menjadi-jadi. Rezim Presiden Bashar Al-Assad masih tetap mencengkeram negara itu dan enggan untuk melepaskan kekuasaannya.
Dari dalam negeri Suriah, kekuatan lokal yang terhimpun dalam lembaga hak asasi untuk Suriah terus memberikan perlawanan terhadam rezim Assad. Perlawanan yang diberikan pun bukan hanya di dalam negeri, melainkan juga dari luar negeri.
Sejumlah lobi penting untuk mendapatkan dukungan internasional telah digalang. Dunia pun ada yang pro dan kontra terhadap kepemimpinan Assad.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa pihak Amerika Serikat (AS) berada di "belakang" pihak oposisi terhadap Assad. Penggalangan opini internasional yang dilakukan AS dan sekutu-sekutunya masih belum mampu menggoyahkan Assad. Tidak seperti intervensi yang dilakukan oleh AS terhadap Libia, di mana serangan dan bantuan senjata yang diberikan mampu menjatuhkan orang kuat Libia, Moamar Khadafy, yang harus wafat di tanah kelahirannya sendiri dengan berondongan senjata pihak pemberontak.
Tidak hanya itu, konflik bersenjata yang terjadi di Sanaa itu pun merembet hingga daerah perbatasan Turki. Pasukan pemerintah pro Assad terus memberikan tekanan terhadap pasukan pemberontak. Seragan artileri berat pun sering kali dilontarkan hingga mencapai wilayah Turki.
Akibatnya, Pemerintah Turki berang dengan tindakan itu, lalu memberikan ancaman serius terhadap rezim Assad.
PM Turki pun meminta agar Bashar Assad segera mengundurkan diri dari tampuk kekuasaannya, mengingat telah banyak korban jiwa yang tidak berdosa akibat konflik kekuasaan tersebut.
Di samping itu, Turki pun memerintahkan pasukannya untuk segera membalas peluru dan roket yang ditembakkan oleh pasukan pro Assad ke wilayah Suriah.
Hingga tahun ini, krisis kepemimpinan di Suriah masih belum selesai. Langkah dari dunia internasional yang mencoba untuk menekan rezim Assad melalui perlucutan senjata kimia pun tampaknya tidak efektif.
Masih di wilayah Timur Tengah, kekacauan serupa juga terjadi di Mesir ada 2013. Setelah presiden terguling Mohammed Morsi berhasil diamankan oleh pihak militer, rakyat yang merupakan pendukung Morsi dan tergabung dalam Partai Ikhwanul Muslimin terus melakukan demonstrasi dan unjuk rasa sepanjang tahun lalu.
Bentrokan bersenjata pun tidak terhindarkan. Puluhan pendukung Morsi tewas dan dipenjara. Pemerintah militer Mesir yang merupakan boneka dari Amerika Serikat menunjuk Adly Mansour sebagai pejabat presiden sementara.
Ikrar pendukung Ikhwanul Muslimin yang akan terus melakukan unjuk rasa hingga Morsi dibebaskan menuai kecaman dari pemerintah.
Pada awal Desember tahun lalu, Pemerintah Mesir menetapkan Ikhwanul Muslimin sebagai satu organisasi terlarang dan disamakan dengan teroris.
Tak ayal, langkah penetapan itu mengundang protes keras dari kalangan anggota organisasi dan simpatisan. Bentrokan fisik antara pasukan keamanan dan demonstran pun terjadi. Ratusan orang telah menjadi korban dari langkah itu.
Untuk soal suksesi kepemimpinan, Republik Iran menjadi salah satu negara yang sukses melaksanakan pergantian presiden dengan aman. Mantan Presiden Mahmoud Ahmadinejad digantikan oleh Hassan Rouhani.
Rouhani memiliki pikiran yang jauh lebih moderat ketimbang pendahulunya. Dalam sidang Majelis Umum PBB, dia mengatakan Iran bersedia melakukan dialog atas program nuklir yang dilakukan asalkan pihak Barat (sekutu AS) bersedia mencabut semua sanksi terhadap negara itu.
Hingga kini sejumlah sanksi pihak Barat, baik ekonomi maupun militer, belum dilaksanakan dan masih menjadi pekerjaan rumah yang harus dituntaskan.
Setelah Timur Tengah, kawasan lain yang juga menjadi trending topic pada 2013 adalah Asia. Di kawasan itu sedikitnya ada tiga peristiwa penting, yakni konflik Korea Utara-Korea Selatan, perseteruan di Laut China Selatan (LCS), pemilihan umum (pemilu) di Malaysia dan berlangsungnya KTT APEC di Bali (Oktober).
Diangkatnya Kim Jong-un sebagai Presiden Korea Utara (Korut) tampaknya memberikan masalah baru bagi harapan perdamaian di Semenanjung Korea.
Jong-un yang dikenal temperamental dalam 2013 sering kali mengucapkan taklimat yang mengancam Korea Selatan (Korsel). Bahkan, beberapa rudal pun telah diarahkan ke Seoul sebagai langkah show of force militernya.
Masalah lain yang juga dihadapi oleh Korut adalah perseteruannya dengan Jepang di seputar Laut China Selatan (LCS), di mana China sebagai salah satu kekuatan di Asia berupaya serius untuk menguasai wilayah itu, sementara Jepang dan merupakan sekutu Korsel beradu kuat dengan China untuk mengamankan wilayah itu.
Masuk ke wilayah Asia Tenggara, pada 2013 Malaysia melakukan pemilu yang dimenangkan oleh petahana Najib Razak. Seteru Najib, Anwar Ibrahim, pun berupaya untuk menggugat kemenangan itu dengan mengerahkan pendukungnya untuk terus melakukan protes yang pada akhir tahun lalu dilakukan secara besar-besaran dalam menyambut 2014.
Sebagai salah satu kekuatan di dunia, negara-negara anngota APEC, Oktober lalu, melakukan pertemuan di Bali. Hadir dalam pertemuan itu Presiden Xi Jinping, PM Jepang Shinzo Abe, dan kepala pemerintahan lainnya. Presiden AS Barack Obama yang dijadwalkan hadir ternyata harus tetap tinggal di Washington untuk mengatasi penutupan anggaran (shutdown) yang diusulkan oleh Partai Republik. Hasil dari KTT APEC adalah meningkatkan peran negara-negara anggota dalam bidang ekonomi.
Menutup 2013, masalah bilateral antara Indonesia dan Australia kembali mencuat ke permukaan. Presiden RI SBY menyatakan protes keras kepada pemerintahan PM Australia Tony Abbot atas tindak penyadapan yang dilakukan oleh Kedubes Australia di Jakarta.
Abbot enggan untuk meminta maaf atas praktik spionase itu, namun bersedia untuk tidak mengulangi tindak yang melanggar hukum internasional itu.
Pada tahun 2014 ini konflik Timur Tengah, khususnya Suriah, masih akan berlanjut meski berbagai tekanan dunia internasional telah dilakukan terhadap rezim Assad.
Penindakan terhadap penggunaan senjata kimia yang dituduhkan terhadap Suriah belum menjadi satu ancaman serius bagi Assad untuk segera menghentikan senjata. 

No comments:

Post a Comment

Berita Terbaru

Blog Archive

My Blog List

Republik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.487 pulau,maka harus mempunyai Alutsista yang kuat.

Pages

Video Of Day