Proyeksi Kemampuan Kapal Selam Angkatan Laut Australia

Posted by Alutsista Baru Indonesia
Proyek kapal selam Australia dimulai sekitar tahun 1982. Proyek Collins class ini merupakan desain unik yang disesuaikan dengan persyaratan Australia. Bagian kapal selam pertama dibangun oleh Kockums di Swedia, namun sebagian besar pekerjaan dilakukan di Australia oleh galangan kapal lokal milik pemerintah. Keseluruhan kapal kedua sampai keenam dibangun secara lokal.
Upaya ‘melokalisir’ design asli Kockums ini tanpa asistensi pemilik design aslinya kemudian dianggap sebagai blunder dalam pembangunan Collins class yang menyebabkan “cacat teknis”. Kapal selam tersebut mengalami penurunan kemampuan karena berbagai masalah (baterai, mesin, generator, towed array, dan propulsi darurat) yang telah diketahui secara luas selama bertahun-tahun. Bahkan sampai saat ini ada dua kapal selam sejenis yang tergeletak di dock selama sembilan tahun.

Dan selain masalah teknis Collins class, RAN juga mengalami masalah kekurangan crew untuk operator kapal selam mereka. Laporan 100 halaman pada tahun 2009 menyatakan bahwa akibat kekurangan crew, hanya 3 dari 6 Collins class yang bisa beroperasi. Laporan lanjutan malah menyebutkan hanya 2 dari 6 Collins class yang mampu beroperasi.
Untuk mengatasi kekurangan crew kapal selam ini, pemerintah Australia melakukan berbagai upaya untuk mengatasinya. Diantaranya adalah dengan merekrut personil dari negara lain dengan diutamakan negara asal UK dan Cananda. Selain itu juga penawaran bonus sebesar $60.000 AUD untuk masa tugas 18 bulan di luar gaji pokok $56,000 – $85,000 per tahun
Saat ini RAN berusaha menggandakan jumlah kapal selam mereka menjadi 12 unit di tahun 2020-2030. Pemerintah Australia sudah menganggarkan dana riset sebesar $214 juta AUD hanya untuk pemilihan design kapal selam pengganti Collins class.
Estimasi dana pengadaan kapal selam baru sendiri dianggarkan sekitar $36-44 milyar AUD atau sekitar $3-3.6 milyar AUD per unit. Belum jelas apa kapal selam pengganti Collins class nanti. Tetap ada kemungkinan kembali menggunakan design Kockums seperti Collins class dengan type Archer/Challenger-class seperti yang digunakan RSN (The Republic of Singapore Navy) atau bahkan ikut melirik kapal selam Jerman terbaru pengembangan Type 216 HDW seperti Type 218SG.
Pada 2012 juga terdengar kabar Australia mempertimbangkan teknologi kapal selam Soryu-class dgn berat 4200 ton buatan Mitsubishi Heavy Industries. Dan selain itu terdengar juga wacana mengganti Collins class dengan kapal selam bertenaga nuklir. Yang menjadi parameter pertimbangan pihak terkait Australia sebelum memutuskan pilihan diantaranya adalah: Endurance, Fuel Load, Hull and Equipment Efficiencies, Reliability, Maintainability and Redundancy, Stowage Capacity, Crew Endurance, Payload Capacities, Hull Size, Range and Radius of Action. Selain itu juga ada wacana yang mensyaratkan kemampuan serang darat pada kapal selam masa depan RAN.
Jika RAN nanti kemudian benar-benar berhasil mengejar ambisi 12 kapal selam pada tahun 2020-2030 di tengah kesulitan mendapatkan crew kapal selam, maka bisa dipertanyakan crew dari negara mana saja yang sebenarnya mengawaki 12 kapal selam tersebut. Dengan dana sekitar $40 milyar AUD dan pengalaman berharga dari pembangunan Collins class sebelumnya, bisa dipastikan kekuatan kapal selam Australia 2020 akan meningkat pesat.
Proyeksi Kemampuan Kapal Selam Angkatan Laut Republik Indonesia.
Saat ini TNI AL dengan Korps Hui Kencana mengoperasikan dua unit kapal selam U209/1300 buatan HDW Jerman tahun 1981 yang diberi nama KRI Cakra dan KRI Nenggala. Walau tidak digunakan oleh AL Jerman sendiri namun type U209 ini sukses dan digunakan oleh 13 negara termasuk Indonesia. Mengingat usianya yang sudah cukup tua kapal selam U209 TNI AL ini sudah mengalami overhaul and retrofit. Diantaranya dilakukan di dermaga Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Okpo, Korea Selatan, mencakup sistem kendali senjata, radar, sonar, alat komunikasi, hingga penggantian separuh badan kapal dari haluan sampai buritan dan menelan biaya $75 juta USD.

Beberapa tahun yang lalu pemerintah mengumumkan bahwa Indonesia akan membeli kapal selam Chang Bogo Class buatan Korea Selatan dengan skema alih teknologi. Kemudian juga disusul oleh pengumuman rencana pembelian Kilo-class Russia dan baru-baru ini juga berita opsi pengadaan kapal selam dari Turki.
Tidak seperti Kilo class yang banyak dukungan di kalangan penggemar militer, Chang bogo mendapatkan reaksi lesu dan bahkan negatif. Padahal Chang bogo merupakan upgrade dan pengembangan berbasis U209 oleh Korea Selatan, dimensinya berbeda dan mengalami penyesuaian dan peningkatan kemampuan, bukan lagi U209 standard yang dibangun dengan lisensi seperti yang dilakukan oleh Turki.
Diantara berbagai opsi pengadaan yang sudah disampaikan, saat ini Chang Bogo juga adalah opsi yang paling jelas perjalanannya dan merupakan proyek jangka panjang karena faktor ToT dan kaitannya masa depan kemandirian alutsista. Kontrak sudah dilakukan dan bahkan dana $250 juta USD untuk PT.PAL sebagai kontraktor dalam negeri sudah disetujui. Benarkan Chang bogo buatan Korsel ini adalah “Anjing Kampung di tengah serbuan anjing Herder?”
Seperti Collins class, proyek kapal selam Angkatan Laut Republik Korea (ROKN) juga dimulai pada tahun 1982. Program pengadaan sempat ditunda pada tahun 1984 namun dilanjutkan pada tahun 1986. Pemilihan U209 sebagai dasar bagi Kapal Selam Korsel melalui proses pemilihan panjang dengan berdasarkan keinginan pemerintah Korea untuk memiliki desain kapal selam yang sudah terbukti ketangguhannya. Kandidat pilihannya adalah Type 209, Agosta dan Sauro, dengan parameter pertimbangan: kinerja, harga, transfer teknologi dan asistensi militer dari segi pendidikan & pelatihan. Tipe 209 yang akhirnya dipilih.
Kapal selam pertama dibangun oleh HDW di Jerman (dengan perwakilan Dephan Korsel dan personil pembuatan kapal dikirim ke Jerman untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan) dan 8 unit sisanya akan dibangun dalam beberapa batch oleh galangan kapal Daewoo di Korea. Pada bulan Oktober 1992 kapal pertama melaut dan sejak saat itu Korea Selatan dan Angkatan Lautnya menunjukkan kemampuan luar biasa dalam hal kemampuan pembangunan kapal selam, pemeliharaan dan operasional.
Dalam berbagai latihan internasional seperti RIMPAC dan Tandem Thrust, kapal selam Angkatan Laut Korea Type 209 ini mampu menunjukkan keunggulan dalam mendeteksi dan menyerang “musuh” yang tangguh. Pada tahun 1998 kapal selam ROKN Lee Jong Moo berpartisipasi dalam RIMPAC mampu menenggelamkan 13 kapal perang, dan merupakan satu-satunya kapal selam yang mampu bertahan hingga akhir latihan.

No comments:

Post a Comment

Berita Terbaru

Blog Archive

My Blog List

Republik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.487 pulau,maka harus mempunyai Alutsista yang kuat.

Pages

Video Of Day