KRI
Oswald Siahaan (354) merupakan kapal keempat dari kapal perang kelas Perusak
Kawal Berpeluru Kendali Kelas Ahmad Yani milik TNI AL. Dinamai menurut Oswald
Siahaan, salah
seorang anggota TNI AL yang gugur pada saat pertempuran Teluk Sibolga.
seorang anggota TNI AL yang gugur pada saat pertempuran Teluk Sibolga.
KRI
Oswald Siahaan merupakan kapal fregat bekas pakai AL Belanda (HMNLS Isaac
Sweers F805) yang kemudian dibeli oleh Indonesia. Kapal ini bersaudara dekat
dengan Fregat Inggris Kelas HMS Leander dengan sedikit modifikasi dari disain
RN Leander asli. Dibangun tahun 1967 oleh Nederlandse Dok en Scheepsbouw Mij,
Amsterdam, Belanda dan mendapat peningkatan kemampuan sebelum berpindah tangan
ke TNI Angkatan Laut pada tahun 1977-1980. Termasuk diantaranya adalah
pemasangan sistem pertahanan rudal anti pesawat (SAM, Sea to Air Missile) )
Mistral menggantikan Sea Cat. Pada tahun 2010 dilakukan penggantian senjata
rudal yang semula menggunakan rudal 8x Harpoon McDonnel Douglas buatan USA
diganti dengan rudal 4x P-800 Oniks Yakhont buatan Rusia. Penggantian ini
dilakukan oleh PT PAL Bertugas sebagai armada patroli sekaligus armada pemukul
dengan kemampuan anti kapal permukaan, anti kapal selam dan anti pesawat udara.
Termasuk
dalam kelas Ahmad Yani bersama KRI Oswald Siahaan antara lain KRI Ahmad Yani
(351), KRI Slamet Riyadi (352), KRI Yos Sudarso (353) KRI Abdul Halim Perdana
Kusuma (355) dan KRI Karel Satsuit Tubun (356).
Data
Teknis
KRI
Oswald Siahaan memiliki berat 2,940 ton. Dengan dimensi 113,42 meter x 12,51
meter x 4,57 meter. Ditenagai oleh mesin diesel 2 x SEMT Pielstick 12PA6B, Renk
SWUF 98 gearboxes yang mampu menghasilkan tenaga 11800hp setiap mesinnya.
Repowering mesin dilakukan pada tahun 2006 oleh PT PAL untuk menggantikan
tenaga mesinnya yang semula menggunakan mesin boiler.
Persenjataan
KRI
Oswald Siahaan dipersenjatai dengan berbagai jenis persenjataan modern untuk
mengawal wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Termasuk diantaranya adalah :
4
Peluru Kendali Permukaan-ke-permukaan P-800 Oniks atau dikenal dengan rudal
Yakhont dengan jangkauan maksimum 300 Km , berkecepatan 2,5 mach, dengan sistem
peluncur vertikal (VLS) dengan hulu ledak seberat 300 Kg.
4
Peluru kendali permukaan-ke-udara Mistral dalam peluncur Simbad laras ganda
sebagai pertahanan anti serangan udara. Jangkauan efektif 4 Km (2,2 mil laut),
berpemandu infra merah dengan hulu ledak 3 Kg. Berkemampuan anti pesawat udara,
helikopter dan rudal.
1
Meriam OTO-Melara 76/62 compact berkaliber 76mm (3 inchi) dengan kecepatan
tembakan 85 rpm, jangkauan 16 Km untuk target permukaan dan 12 Km untuk target
udara.
2
Senapan mesin 12.7mm
12
Torpedo Honeywell Mk. 46, berpeluncur tabung Mk. 32 (324mm, 3 tabung) dengan
jangkauan 11 Km kecepatan 40 knot dan hulu ledak 44 kg. Berkemampuan anti kapal
selam dan kapal permukaan.
Sensor
dan elektronis
KRI
Oswald Siahaan diperlengkapi radar LW-03 2-D air search, sonar PHS-32. Juga
diperlengkapi dengan kontrol penembakan (fire control) M-44 SAM control serta
perangkat perang elektronik UA-8/9 intercept. Sebagai pertahanan diri mempunyai
2 peluncur decoy RL.
Penerbangan
Memiliki
dek untuk 1 helikopter yang sebelumnya adalah Westland Wasp HAS 1 (kini
pensiun) dengan fungsi sebagai heli anti kapal selam. Mungkin kini diganti
dengan NBO-105 atau NAS 332L Super Puma.
Operasi
KRI
Oswald Siahaan turut berperan dalam mengamankan perairan Republik Indonesia
dalam konflik Ambalat dengan Malaysia.
No comments:
Post a Comment