KRI
Irian adalah kapal penjelajah kelas Sverdlov dengan kode penamaan
Project 68-bis. Kapal jenis ini adalah kapal penjelajah konvensional
terakhir yang dibuat untuk AL Soviet, 13 kapal
diselesaikan sebelum Nikita Khrushchev menghentikan program ini karena kapal jenis ini dianggap kuno dengan munculnya rudal (peluru kendali). Kapal ini adalah versi pengembangan dari kapal penjelajah kelas Chapayev.
diselesaikan sebelum Nikita Khrushchev menghentikan program ini karena kapal jenis ini dianggap kuno dengan munculnya rudal (peluru kendali). Kapal ini adalah versi pengembangan dari kapal penjelajah kelas Chapayev.
Desain
Kapal
ini adalah hasil pengembangan dan versi yang lebih besar dari kapal
penjelajah kelas Chapayev. Kemiripan kapal penjelajah RI Irian dengan
kapal kelas Chapayev adalah pada senjata utama, permesinan,
dan perlidungan bagian samping. Sedangkan perbedaannya terletak pada kapasitas bahan bakar yang lebih banyak untuk jarak tempuh yang lebih jauh, lambung yang seluruhnya dilas, proteksi bawah air yang lebih bagus, artileri anti pesawat yang lebih baik dan radar yang lebih baik pula. Istilah pemberian nama kapal perang saat itu cukup dengan RI Irian, RI Macan Tutul dll, sehingga untuk KRI Irian disebut sebagai Kapal Pendjeladjah RI Irian, nomor lambung 201.
dan perlidungan bagian samping. Sedangkan perbedaannya terletak pada kapasitas bahan bakar yang lebih banyak untuk jarak tempuh yang lebih jauh, lambung yang seluruhnya dilas, proteksi bawah air yang lebih bagus, artileri anti pesawat yang lebih baik dan radar yang lebih baik pula. Istilah pemberian nama kapal perang saat itu cukup dengan RI Irian, RI Macan Tutul dll, sehingga untuk KRI Irian disebut sebagai Kapal Pendjeladjah RI Irian, nomor lambung 201.
Lapisan baja Pelindung
Dalam satuan milimeter:
Sabuk lapis baja utama: 100 mm
Buritan: 32 mm
Dek: 50 mm
Rumah Dek: 130 mm
Tempurung meriam utama: 175 mm
Peralatan Elektronik
Radar:
Radar Pencari udara Gyus-2
Radar pencari permukaan laut Ryf
Radar navigasi Neptun
Sonar:
Tamir-5N dipasang di hull
Lain-lain:
Machta ECM (electronic Counter Measures)
Jumlah awak kapal
Kapal ini dapat memuat 1.270 awak kapal, termasuk 60 orang perwira, 75 perwira pengawas, dan 154 perwira pertama.
Senjata dan tenaga penggerak
Senjata artileri KRI Irian
Senjata
utama dari KRI Irian adalah 4 buah turret/kubah, dimana setiap turret
berisi 3 meriam kaliber 6 inchi. Sehingga total ada 12 meriam kaliber 6
inchi di geladaknya.[2]
10 tabung torpedo antikapal selam kaliber 533 mm
12 buah kanon tipe 57 cal. B-38 kaliber 15.2 cm (6 di depan, 6 di belakang)
12 buah kanon ganda tipe 56 cal. Model 1934 6 (twin) SM-5-1 kaliber 10 cm
32 buah kanon multi fungsi kaliber 3,7 cm
4 buah triple gun Mk5-bis kaliber 20 mm (untuk keperluan antiserangan udara)
Tenaga penggerak
Sebagai
tenaga penggerak, KRI Irian mengandalkan 2 buah turbin uap TB-72 yang
mendapat pasokan uap dari 6 buah ketel KV-68 dan disalurkan melalui 2
buah shaft.
Tenaga
total yang dihasilkan adalah @110.000 HP sampai 122.000 HP pada kedua
shaft, tenaga ini mampu membuat kapal seberat 13.600 ton ini mencapai
kecepatan maksimum 32,5 knot. Sedangkan jarak maksimum yang bisa
ditempuh adalah 9000 mil laut dengan kecepatan konstan 18 knot.[2]
Riwayat KRI Irian
KRI
Irian sebelumnya adalah kapal Ordzhonikidze (Орджоникидзе) (Object 055,
diambil dari nama Menteri Industri Berat era Stalin, Grigory "Sergo"
Ordzhonikidze) dari Armada Baltik AL Soviet, kemudian dibeli oleh
pemerintah Indonesia tahun 1962. Saat itu KRI Irian adalah kapal
terbesar di belahan bumi selatan. Kapal ini digunakan secara aktif untuk
persiapan merebut Irian Barat.
Awal
Kapal
ini dibuat di Admiralty Yard, Leningrad. Peletakan lunas pertama
dilakukan tanggal 9 Oktober 1949, diluncurkan tanggal 17 September 1950,
dan pertama kali dioperasikan tanggal 30 Juni 1952.
Persiapan Pengoperasian di Indonesia
Pada
11 Januari 1961 Pemerintah Soviet mulai mengeluarkan instruksi kepada
Biro Desain Pusat #17 untuk memodifikasi Ordzhonikidze supaya ideal
beroperasi di daerah tropis. Modernisasi skala besar dilakukan untuk
membuat kapal ini dapat dioperasikan pada suhu +40 °C, kelembapan 95%,
dan temperatur air +30 °C.
Tetapi
perwakilan dari Angkatan Laut Indonesia yang berkunjung ke kota
Baltiisk menyatakan bahwa mereka tidak sanggup untuk menanggung biaya
proyek sebesar itu. Akhirnya modernisasi dialihkan untuk instalasi
genset diesel yang lebih kuat guna menggerakkan ventilator tambahan.
Tanggal
14 Februari 1961 kapal ini tiba di Sevastopol, dan tanggal 5 April 1962
kapal ini memulai uji coba lautnya. Pada saat itu kru Indonesia (ALRI)
untuk kapal ini sudah terbentuk dan ada di atas kapal. Mekanik kapal
ini, Bapak Yatijan, di kemudian hari menjadi Kepala Departemen Teknik
ALRI. Begitu juga banyak dari pelaut yang lain, banyak yang dikemudian
hari mampu menduduki posisi penting.
Operasional
KRI
Irian tiba di Surabaya pada 5 Agustus 1962 dan dinyatakan keluar dari
kedinasan AL Soviet pada 24 Januari 1963. Sebelumnya Uni Soviet tidak
pernah menjual kapal dengan bobot seberat ini kepada negara lain kecuali
kepada Indonesia. ALRI yang belum pernah mempunyai armada sendiri
sebelumnya, belajar untuk mengoperasikan kapal-kapal canggih dan mahal
ini dengan cara trial and error/coba-coba. Bulan November 1962 tercatat
sebuah mesin diesel kapal selam rusak karena benturan hidrolis saat naik
ke permukaan, sebuah destroyer rusak dan 3 dari 6 boiler KRI Irian
rusak. Suhu yang panas dan kelembapan tinggi berefek negatif terhadap
armada ALRI, akibatnya banyak peralatan yang tidak bisa dioperasikan
secara optimal. Di lain pihak kehadiran kapal ini membuat AL Kerajaan
Belanda secara drastis mengurangi kehadirannya di perairan Irian Barat.
Perbaikan
Pada
1964 kapal penjelajah ini sudah benar-benar kehilangan efisiensi
operasionalnya dan akhirnya dikirim ke Vladivostok untuk perbaikan.
Bulan Maret 1964, KRI Irian sampai di Pabrik Dalzavod. Para pelaut dan
teknisi Soviet terkejut melihat kondisi kapal dan banyaknya perbaikan
kecil yang seharusnya sudah dilakukan oleh para awak kapal ternyata
tidak dilakukan. Mereka juga tertarik dengan sedikit modifikasi yang
dilakukan ALRI yaitu mengubah ruang pakaian menjadi ruang ibadah
(sesuatu yang tentu tidak mungkin terjadi di Uni Soviet).
Penugasan Kembali
Setelah
perbaikan selesai pada bulan Agustus 1964 kapal kembali berlayar menuju
Surabaya dengan dikawal oleh destroyer AL Uni Soviet. Setahun kemudian
(1965), terjadi pergantian pemerintahan. Kekuasaan pemerintah praktis
berada di tangan Jenderal Soeharto. Perhatian Soeharto terhadap ALRI
sangat berbeda dibandingkan Sukarno. Kapal ini dibiarkan terbengkalai di
Surabaya, bahkan kadang-kadang digunakan sebagai penjara bagi lawan
politik Soeharto.[3]
Pemensiunan
Terdapat beberapa versi tentang riwayat KRI Irian setelah peristiwa G30S:
Versi
pertama menyebutkan bahwa tahun 1970, KRI Irian sudah sedemikian parah
keadaannya hingga sedikit demi sedikit mulai dibanjiri air. Tidak ada
orang yang peduli untuk menyelamatkan kapal penjelajah ini. Sehingga
pada masa Laksamana Sudomo menjabat sebagai KSAL, maka KRI Irian
dibesituakan (scrap) di Taiwan pada tahun 1972 dengan alasan kekurangan
komponen suku cadang kronis.[4]
Versi
kedua, menurut Hendro Subroto, kapal perang yang dibuat hanya empat
buah ini dijual ke Jepang setelah persenjataannya dipreteli. "Padahal di
Tanjung Priok masih terdapat dua gudang suku cadang. Tapi karena
perawatan sebelumnya di tangani orang Rusia, selepas Gestapu, kita tidak
punya teknisi lagi," kata Hendro.[5]
Versi
ketiga menyebutkan bahwa ketika dibawa untuk dibesituakan, di tengah
perjalanan KRI Irian dicegat oleh kapal Uni Sovyet. Versi ketiga ini
adalah analisis dari penulis sendiri setelah membaca laporan dari
berbagai majalah militer yang mengulas mengenai persenjataan Uni Sovyet
semasa Perang Dingin. Uni Soviet hanya menjual penjelajah ringan kelas
Sverdlov kepada dua negara, yaitu Indonesia (1962) dan India
(1989–scrap). Ada dugaan bahwa pihak yang paling tidak menginginkan
apabila kelas Sverdlov jatuh ke tangan pihak Barat adalah Uni Soviet.
Teori ketiga, ada kemungkinan Uni Soviet mencegat kapal tersebut dan
kemudian mengambil alih dengan kesepakatan, bisa jadi dengan mengurangi
sejumlah hutang pembelian senjata yang belum dilunasi atau bisa jadi
dengan melunaskannya. Dari ke-4 buah itu, hanya KRI Irian
(Ordzhonikidze/Object 055) yang keberadaannya masih misterius.
Kru Kapal
Perwira yang pernah bertugas di atas KRI Irian adalah:
Mantan
Panglima TNI dan Menkopolkam di Kabinet Indonesia Bersatu, Laksamana
(Purn.) Widodo AS yang saat itu menjabat sebagai Perwira Senjata pada
tahun 1968.[7]
dr.
Tarmizi Taher, mantan Menteri Agama di Kabinet Pembangunan VI, sebagai
Perwira Kesehatan Sementara saat Paduka Yang Mulia Presiden RI Dr.Ir.
H.Soekarno dalam perjalanan dari Jawa ke Makasar di KRI Irian.[8]
dr.
Kartono Mohamad, kakak kandung dari Goenawan Mohamad, pendiri Majalah
Tempo. Ia pernah menjadi dokter di KRI Irian semasa bertugas di TNI-AL
(1964-1975).[9]
Trivia
IRIAN merupakan Akronim dari Ikut Republik Indonesia Anti Netherland
Ada
guyonan seputar KRI Irian: "Tak ada yang ditakuti KRI Irian, termasuk
Karel Doorman. Hanya satu yang menciutkan nyalinya, yaitu Haji Syukri
(juragan besi loakan ternama di Surabaya)."
Produksi Obedineniye "Admiralteyskiye Verfi" Leningradskoye
Mulai dibuat 19 Oktober 1949[1]
Diluncurkan 17 September 1950[1] dan bertugas di AL Uni Soviet pada 30 Juni 1952[2]
Dibeli 1962 dari Uni Soviet
Ditugaskan 24 Januari 1963
Nama sebelumnya Ordzhonikidze (Орджоникидзе) (Object 055), nama Menteri Industri Berat era Stalin
Status 1972, dibesituakan di Taiwan
Karakteristik umum
Berat benaman 13.600 T standar, 16.640 T beban penuh
Panjang 210 m keseluruhan, 205 m garis air
Lebar 22 m
Draft 6,9 m
Tenaga penggerak 2 shaft geared steam turbine, 6 boiler, 110.000 HP
Kecepatan 32,5 knot
Awak kapal 1.250 orang
Persenjataan 12 x 15.2 cm 57 cal B-38, 4 triple Mk5-bis turrets
12 x 10.0 cm 56 cal Model 1934 6 twin SM-5-1 mounts
32 x 3.7 cm
10 x 533 cm tabung torpedo
Perisai Belt = 100 mm
Conning tower = 150 mm
Dek = 50 mm
Turet = 75 mm
Sumber, http://id.wikipedia.org
No comments:
Post a Comment