Design wahana yang bisa membawa manusia menyelam di bawah permukaan air sudah dimulai sejak tahun 1500-an ketika Leonardo Da Vinci menggambar sketsa alat untuk membawa manusia ke bawah air. Leonardo sendiri menyebutnya “kapal untuk menenggelamkan kapal lain”.
Setelah sketsa Leonardo, perlu waktu hampir 70 tahun hingga ketika sketsa ‘kapal selam’ yang dibuat oleh William Bourne
yang berkebangsaan Inggris dipublikasikan pada tahun 1580. Sementara
kapal selam pertama yang tampaknya berhasil dibuat baru muncul pada
tahun 1623 yang dibangun oleh seorang berkebangsaan Belanda bernama Cornelius Drebbel. Kemudian selanjutnya kapal selam terus mengalami berbagai perkembangan.
Kapal selam modern secara umum dibedakan
menjadi kapal selam bertenaga nuklir dan kapal selam bertenaga diesel.
Berikut adalah beberapa faktor yang faktor pembanding antara kapal selam
nuklir dan kapal selam diesel electric.
HARGA
Harga kapal selam Diesel-electric
rata-rata ada di kisaran antara 100-400 juta USD, walau memang ada
beberapa yang harganya diatas rata-rata. Sementara kapal selam nuklir
diperkirakan ada di kisaran 500 juta hingga nyaris 3 miliar USD. Berikut
ini adalah beberapa estimasi harga kapal selam kapal selam :
Kapal selam Diesel electric :
- T-96 class ( Swedia ) : 100 juta USD
- Type 212 ( Jerman ) : 250 juta USD
- Kilo class ( Russia ) : 250 juta USD
- Chang Bogo class ( Korea ) : 350 juta USD
- Dolphin class ( Jerman ) : 500-870 juta USD
- Scorpene class (Prancis ) : 450 juta USD
- Los Angeles class : 1 milyar USD
- Seawolf class : 2,8 milyar USD
- Virginia class : 1,8 – 2,5 miliar USD
- Astute class : 1,17 – 1,82 miliar USD
BIAYA
Selain Harga yang lebih mahal, lapal
selam nuklir juga membutuhkan biaya operasional dan perawatan yang
tinggi. Biaya operasional kapal selam nuklir bisa mencapai $21 juta USD
per tahun. Selain pengisian bahan bakar nuklir memakan biaya yang
tinggi, proses pembuangan limbah bahan bakar nuklir pada akhir masa
aktifnya juga sangat mahal. Diperkirakan butuh total biaya hingga $830
juta USD selama masa aktif kapal selam bertenaga nuklir.
KETAHANAN
Kapal selam diesel electric umumnya mampu menyelam selama maksimal beberapa minggu saja, hal ini karena kapal tidak bisa memproduksi oxygen
yang dibutuhkan oleh mesin Diesel. Di sisi lain, kapal selam bertenaga
nuklir bisa menyelam “selamanya”, hanya dibatasi oleh ketahanan crew dan pasokan logistik yang dibawanya.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Berbagai penerapan teknologi terbaru
terus dikembangkan untuk membuat kapal selam semakin senyap, baik dengan
cara mengurangi suara ataupun magnetic signatures.Tapi
kendalanya , sifat propulsi nuklir membuat kapal selam bertenaga nuklir
jauh lebih berisik daripada kapal selam Diesel dengan ukuran yang sama.
Ukuran kapal selam nuklir juga cenderung lebih besar dibandingkan Diesel, hal ini membuatnya lebih rentan terdeteksi melalui sensor akustik, infra merah atau magnetic.
Kelemahan lebih lanjut dari kapal selam nuklir adalah bahwa akibat
sistem pendinginan air reaktor nuklir dan buangan air panas yang dibuang
ke laut. Perbedaan suhu air ini bisa meninggalkan jejak panjang di
belakang kapal selam yang bisa terdeteksi oleh sensor IR.
Kapal selam nuklir umumnya mampu bergerak lebih cepat dibandingkan kapal selam diesel. Output tenaga dari reaktor nuklir mampu mendukung kecepatan jelajah sekitar 20-25 knot. Reaktor nuklir juga mampu menghasilkan daya hingga 20 megawatt, hingga kapal selam bertenaga nuklir mampu mengekstrak oxygen dari air laut, menyerap carbon dioxide dalam cabin hingga mampu menyelam terus menerus dengan menjaga kecepatan jelajah pada 20-25 knot. Hal ini membuat kapal selam nuklir cocok untuk beroperasi di lautan terbuka atau samudera.
Kapal selam diesel electric
bisa dirancang untuk membawa persenjataan dan peralatan sama banyaknya
dengan kapal selam nuklir. Namun ketika kapal selam nuklir terbatas
ukurannya akibat penempatan reaktor nuklir, kapal selam diesel electric
mampu dirancang dengan ukuran lebih kecil dan tetap sama mematikannya.
Kelemahannya adalah kecepatan jelajah umumnya kapal selam jenis ini
hanya berada di kisaran 10-15 knot dan kemampuan menyelam yang terbatas hingga beberapa minggu saja. Kapal jenis ini rata-rata hanya bisa menghasilkan daya 3 watt dari generator diesel-nya, namun karenanya jauh lebih senyap hingga sulit terdeteksi dan mampu bergerak lebih gesit.
TAKTIS DAN STRATEGI
Kapal selam nuklir dimiliki oleh
negara-negara dengan keperluan khusus dalam strategi militernya. Hanya
ada sedikit negara yang mengoperasikan Kapal selam nuklir jika
dibandingkan dengan negara yang mengoperasikan kapal selam diesel electric.
Bukan kebetulan juga jika kapal selam
nuklir banyak yang digunakan sebagai platform pembawa persenjataan
nuklir juga. Kapal selam nuklir dengan persenjataan nuclear warheads
bisa keluyuran dimanapun di samudera dan menjadi bagian penting dari
persenjataan strategis negara-negara kekuatan militer utama dunia.
Kelebihannya yang tidak perlu muncul ke permukaan menyebabkan sulit
dilacak pergerakannya.
Kapal selam nuklir menawarkan kemampuan
masuk dan datang ke wilayah jauh di seberang samudera tanpa terdeteksi.
Jenis kapal selam dengan kemampuan ini dengan dilengkapi persenjataan
rudal berhulu ledak nuklir rata-rata dibutuhkan oleh negara pemilik
senjata nuklir, seperti misalnya US, Russia, China, Inggris dan India.
Kemampuan ini memberikan jaminan bagi negara-negara tersebut memastikan
kemampuan membalas serangan nuklir dalam skenario dimana arsenal nuklir land-based mereka dilumpuhkan melalui preemptive strike lawan.
Seperti yang ramai diberitakan saat ini
negara-negara utama kekuatan militer dunia seperti US, China dan Rusia
tengah mengembangkan jenis senjata hypersonic antar benua,
mampu menjangkau target dimanapun di bumi dalam jangka waktu 1 jam.
Senjata ini memungkinkan satu pihak meluncurkan serangan untuk
melumpuhkan kemampuan nuklir lawan. Namun untuk melumpuhkan kemampuan
serang nuklir pada platform kapal selam, harus dilakukan
perburuan serentak terhadap semua kapal selam lawan di berbagai titik di
samudera sebelum meluncurkan serangan. Dan hal ini bisa dianggap tidak
mungkin dilakukan.
Kapal selam Diesel electric mampu
bergerak lincah dan senyap di perairan dangkal dan daerah berkepulauan.
Tidak seperti reaktor nuklir yang tidak bisa dihidup matikan sekehendak
hati dan terus mengeluarkan bunyi humming yang bisa mengekspos keberadaannya, kapal selam diesel electric hanya mengeluarkan bunyi yang minimal dan bisa on-off kapan saja. Dalam kondisi tertentu di perairan dangkal bisa saja kapal selam diesel electric ini berbaring diam dengan mesin mati yang akan mempersulit upaya deteksi lawan.
Di perairan dangkal dan berpulau-pulau atau di lokasi choke points, kapal selam nuklir yang besar dan bising merupakan lawan inferior terhadap kapal selam diesel electric, mereka bisa jadi sitting duck jika memaksakan masuk ke wilayah yang memang bukan habitat idealnya ini.
Namun tidak hanya di perairan dangkal dan choke points saja kapal selam diesel electric
punya keunggulan. Pada berbagai latihan antara Angkatan Laut berbagai
negara, kapal selam diesel electric ini mampu menunjukkan kehandalannya
melawan berbagai platform tempur laut. beberapa waktu yang lalu sudah
ditulis dalam artikel lain mengenai prestasi kapal diesel electric Chang bogo-class yang mampu menenggelamkan kapal lawan tanpa terdeteksi hingga akhir latihan :
“Pada
RIMPAC tahun 2004 CHANG BOGO ikut unjuk kemampuan. Kapal selam pilihan
TNI ini berhasil meluncurkan total 40 torpedo simulasi terhadap 15 kapal
permukaan, termasuk kapal induk bertenaga nuklir USS JOHN C Stennis dan
kapal-kapal pengawalnya. Kapal selam Chang Bogo class ini lagi-lagi
kembali mampu bertahan sampai akhir latihan tanpa terdeteksi dan tanpa
mengalami kendala masalah mekanis selama beroperasi.” (JKGR).
Selain itu kapal selam ‘non nuclear’
lainnya juga mampu memperlihatkan kemampuan mereka dalam
‘menenggelamkan’ berbagai kapal permukan bahkan kapal selam nuklir dalam
beberapa latihan. Seperti misalnya pada latihan pertempuran samudera
NATO pada tahun 1981 kapal selam diesel Canada, Venture, mampu ‘menenggelamkan’ USS Forrestal. Pada latihan Northern Star 1989, kapal selam diesel Belanda Zwaardvis “menenggelamkan kapal induk” USS America. Pada RIMPAC 1996, kapal selam diesel AL Chili, Simpson, “menenggelamkan” kapal induk USS Independence. Pada latihan NATO JTFEX/TMDI99 kapal selam diesel Belanda, Walrus “menenggelamkan” kapal induk USS Theodore Roosevelt, kapal komando latihan USS Mount Whitney, satu cruiser, beberapa destroyer dan frigatte, serta kapal selam nuklir fast attack Los Angeles-class USS Boise. Pada RIMPAC 2000, kapal selam diesel Australia Collins class “menenggelamkan” dua US fast attack submarines, dan nyaris “menenggelamkan” kapal induk USS Abraham Lincoln. Beberapa diantara kapal selam diesel electric
tersebut diatas ada yang mampu lolos dan selamat tanpa terdeteksi walau
ada juga yang kemudian terdeteksi dan berhasil dihancurkan oleh pihak
‘lawan’.
Dari hasil berbagai latihan diatas, terbukti kapal selam diesel electric
tidak hanya mumpuni beroperasi di dalam zona pertahanan namun juga
mampu (bahkan dalam beberapa hal lebih baik) dalam pertempuran di laut
lepas dan samudera. Hanya saja, walau bagaimanapun memang kapal selam
nuklir punya kemampuan dan karakteristik khusus yang tidak bisa
digantikan oleh kapal selam diesel.
KESIMPULAN
Kapal selam bertenaga nuklir dan kapal
selam bertenaga diesel mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Mana yang lebih baik diantara keduanya tergantung pada kebutuhan dan
strategi militer masing-masing negara pengguna.
Bagi Indonesia yang sebagian wilayah perairannya merupakan perairan dangkal dan mempunyai banyak choke points serta kepulauan, jenis kapal selam diesel electric
adalah kapal selam yang memang paling sesuai untuk pertahanan wilayah
perairan kita. Apalagi jalur ALKI di Indonesia juga digunakan sebagai
jalur ekonomi dan jalur logistik/penumpang antar pulau hingga secara
konstan adalah daerah yang ‘berisik’ dan lebih sulit melacak keberadaan
kapal selam yang senyap. Kapal selam diesel electric juga
pilihan yang lebih rasional, tidak hanya dari segi kebutuhan taktis
namun juga mengingat politik dan ekonomi Indonesia saat ini. – (NYD)
No comments:
Post a Comment