Jakarta – Juru bicara Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) RI, Silmy Karim menampik pemberitaan yang diluncurkan media Taiwan,
Senin (3/3/2014). Di situ disebutkan, Pemerintah China menuntut uang
tambahan dari Indonesia atas rencana ekspor rudal antikapal C 705
produksi sendiri ke pasar luar negeri. Prototipe rudal C 705 sejatinya
adalah buatan hCina.
“Belum ada pembicaraan soal itu (rencana penjualan rudal C 705
produksi sendiri ke luar negeri). Yang ada baru pembahasan tentang
produksi misil untuk memenuhi kebutuhan kita (Indonesia) saja,” kata
Silmy saat dikonfirmasi ROL, Selasa (4/4/2014).
Media di Taiwan, Want China Times, sebelumnya menyebutkan Indonesia
membeli 40 rudal antikapal C 705 dari China. Hal ini diungkapkan dalam
pertemuan antara para pejabat tinggi militer China dan Indonesia yang
dipimpin oleh Kepala Staf Umum Tentara Rakyat China Jenderal Fang
Fenghui dan Panglima TNI Jenderal Moeldoko, di Beijing, akhir bulan
lalu.
Want China Times menuliskan, pembelian misil tersebut awalnya
direncanakan untuk melengkapi sejumlah kapal cepat rudal (KCR-40) milik
TNI Angkatan Laut RI.
Rudal C705 sendiri dirancang dan diproduksi oleh perusahaan industri
pertahanan yang berbasis di Beijing, Aerospace Science and Industry
Corporation. Akan tetapi, tulis laman Taiwan itu lagi, China ternyata
menolak menyerahkan teknologi (ToT) C 705 sepenuhnya ke Indonesia. Ini
dikarenakan masih banyaknya negara lain yang mencari atau membeli
senjata canggih tersebut dari negeri tirai bambu.
Beijing malah meminta biaya tambahan dari RI untuk mengamankan hak
memproduksi rudal C 705 sendiri. Namun, hal ini juga dibantah Silmy.
Menurut dia, China menyerahkan sepenuhnya teknologi C 705 kepada
Indonesia.
“Jadi, tidak ada masalah sebenarnya. Saya malah jadi bertanya, media
itu mengambil perkataan saya dari mana?. Saya sendiri tidak ikut ke
Beijing (menemani Panglima TNI Moeldoko),” jelas Silmy.
http://jakartagreater.com
No comments:
Post a Comment