Shanghai : Indonesia , produsen nikel terbesar di
dunia , telah menahan sekitar 10 kargo asal China meninggalkan pelabuhan
menjelang penerapan larangan ekspor mineral mentah mulai 12 Januari
2014
Seperti dilansir dari Bloomberg, Sabtu (11/1/2014),
Kapal bulk carrier Aeriko yang penuh dengan bijih nikel ditahan di
sebuah pelabuhan di Sulawesi. Kapal itu dioperasikan Shanghai Erli
International Ship Management Co.
The 21st Century Business Herald mengutip Kepala Erli Chen Dusong menyebutkan setidaknya ada 10 kapal China yang ditahan.
Kapal-kapal
China yang ditahan , termasuk kapal milik China Cosco Holdings Co
cabang Hong Kong , telah menolak tuntutan pemerintah daerah sebesar $
300.000 untuk pembebasan mereka.
Indonesia berencana menerapkan
larangan ekspor mineral mentah seperti bijih nikel dan bauksit mulai 12
Januari 2014. Menurut data kantor Bea Cukai China di Beijing, negara
dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini memasok lebih dari 50%
impor bijih China. Pengurangan pasokan nikel bisa mendongkrak harga
nikel yang anjlok 19% pada tahun lalu di London Metal Exchange.
Goldman
Sachs Group Inc memperkirakan Indonesia memberikan kontribusi sekitar
18%-20% dari pasokan nikel dunia, 9%-10% pasokan aluminium dari bauksit,
serta 3% pasokan tembaga dunia.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sebelumnya telah
memastikan aparat bea cukai terhitung mulai Minggu, 12 Januari 2014,
pukul 00.00 WIB akan melarang seluruh aktivitas ekspor mineral mentah dari Indonesia.
Keputusan
ini dilakukan seiring rencana pemerintah menerapkan kebijakan
Undang-undang Mineral dan Batu Bara (Minerba) yang mulai efektif berlaku
pada tanggal tersebut.
"Pokoknya barang kayak gitu semua
dilarang, semua nggak boleh dikirim," kata Wakil Menteri Keuangan,
Bambang Brodjonegoro di kantornya, Jakarta.
Bambang menegaskan,
keputusan pelarangan ekspor mineral yang akan berlaku pada akhir pekan
ini seluruhnya diserahkan kepada Kementerian Energi Sumber Daya Mineral
(ESDM).
No comments:
Post a Comment